Mandailing Natal

HORAS

Halak kamian do au
kawan

Rabu, 06 Juli 2011

Tumpang Sari Tembakau dengan Kacang Tanah


Ditulis oleh Rahmat Tholib Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L) merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika. Tembakau dibudidayakan oleh orang Indian pada saat menemukan Amerika. Kata tembakau berasal dari kata Indian yaitu Tabaco, yang merupakan nama pipa yang digunakan oleh orang Indian untuk merokok daun tanaman tembakau (Matnawi, 2002).
Tembakau merupakan sumber nicotine, yaitu suatu zat addictive dan juga sebagai bahan dasar untuk beberapa jenis insektisida (http://binaukm.com-bina-UKM-Full RSS-Comments RSS). Selanjutnya ditambahkan oleh Cahyono (2005), selain digunakan untuk bahan rokok, tembakau juga dimanfaatkan orang sebagai kunyahan (chewing), terutama untuk kalangan ibu-ibu di pedesaan.
Tembakau sangat menunjang perekonomian rakyat dan Negara. Peranannya dalam perekonomian rakyat adalah sebagai sumber pendapatan sekaligus sebagai sumber lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja. Sumbangan tembakau terhadap Negara berupa sumber devisa, pajak dan cukai. Pada Tahun 1991-1992, tembakau telah memberikan sumbangan bagi Negara sebesar 93 % atau berkisar sekitar Rp. 2,06 triliun (Cahyono, 2005). Di samping itu, industri-industri rokok telah memberikan masukan pajak tak langsung lebih dari Rp 2 triliun. Dengan demikian, peran ekonomi tembakau menjadi strategis bagi dunia pembangunan nasional sehingga tembakau dimasukkan ke dalam jajaran komoditas unggunalan non-migas yang perlu mendapat perhatian untuk pembudidayaan sekaligus pengembangan (Hartoyo, 2010).

Posisi strategis komoditi tembakau bagi perekonomian Indonesia dapat dilihat dari besarnya devisa dan cukai yang diperoleh dari tembakau. Pada tahun 1998 devisa negara dari ekspor tembakau sebesar US $ 147.52.000 dan cukai sebesar 6,7 triliun rupiah. Pada tahun 1999 nilai ekspor tembakau sebesar US $ 91.833.000 (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2001). Nilai devisa dan pajak cukai tersebut sangat signifikan bila dibanding pendapatan lain dari sektor non migas. Selanjutnya Biro Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat (2009) melaporkan produksi tembakau regional Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008 berturut-turut adalah sebesar 240,40, 299,50, 133,30, 200,40 dan 106,29 ton. Dari posisi tenting tersebut, tembakau dalam arti budidaya maupun industrinya merupakan komoditi yang potensial untuk investasi (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2011).
Seperti pada kegiatan pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi tembakau dengan mutu baik, banyak faktor yang harus diperhatikan meliputi faktor tanah, iklim, pemupukan dan cara panen (Hartoyo, 2010). Dalam pembudiayaan tembakau diperlukan areal yang cukup luas (dengan jarak tanam 1m x 1m).

Untuk mengefesiensikan lahan tembakau yang digunakan maka dilakukan metode penanaman secara tumpang sari, (Tumpang sari tembakau dengan kacang tanah). Metode tumpang sari merupakan suatu metode penanaman yang dilakukan pada satu lahan dengan melibatkan berbagai jenis tanaman (Aak, 2003).
Kacang tanah (Arachis hypogea L) merupakan tanaman palawija yang tergolong pada family Leguminoceae subs-famili Papilionoideae yang membentuk polong (buah) di dalam tanah serta termasuk tanaman berumur pendek sehingga tanaman ini tergolong tanaman yang cepat menghasilkan serta cara pemeliharaannya mudah dilakukan (Aak, 2003).
Kacang tanah merupakan salah satu bahan pangan dan industry. Kacang tanah dapat dikonsumsi sebagai sayur atau makanan ringan yang digoreng atau direbus. Tanaman ini biasanya ditanam di sawah atau tegalan secara tunggal atau ganda dalam sistem tumpang sari (Marzuki, 2007).
Di Indonesia produksi kacang tanah diantara jenis kacang-kacangan lainnya, menempati urutan kedua setelah kacang kedelai. Meskipun demikian terus di upayakan berbagai usaha untuk meningkatkan hasil produksi tanaman kacang tanah (Marzuki, 2007).
Sama halnya dengan Kabupaten Lima Puluh Kota, tingkat produksi tanaman kacang tanah beberapa tahun terakhir di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat dari data BPS berikut ini pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008 secara berturut-turut 1,20 ton/ha, 1,18 ton/ha, 1,21 ton/ha, 2,00 ton/ha, dan 1,48 ton/ha.(Data BPS Kab.Lima Puluh Kota, 2011).

1.2 . Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dalam pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) adalah sebagai berikut:
1. Dengan melakukan budidaya secara tumpang sari, dalam satu kali siklus produksi dapat menghasilkan dua jenis komoditi.
2. Dengan penanaman tumpang sari, sumberdaya alam dapat termanfaatkan dengan baik seperti, sinar matahari pada sela-sela tanaman dapat di manfaatkan tanaman tumpang sari (kacang tanah), selama hal itu tidak memberikan dampak negatif bagi tanaman utama.
3. Bila satu tanaman gagal, maka dapat ditutupi tanaman yang satu lagi
4. Akar dari tanaman kacang tanah dapat mengikat N (nitrogen) dari udara, karena pada akar kacang tanah terdapat bintil akar.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Tembakau

Botani tanaman tembakau meliputi sistematika dan morfologi tanaman tembakau (Matnawi, 2002).
2.1.1. Sistematika tanaman tembakau

Tanaman tembakau termasuk golongan tanaman semusim. Dalam dunia pertanian tergolong kepada tanaman perkebunan, tetapi bukan merupakan kelompok tanaman pangan (Cahyono, 2005). Sistematika tanaman tembakau diklasifikasikan (Matnawi, 2002), adalah sebagai berikut:
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Personatae
Famili : Solanaceae
Sub family : Nicotiniae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum L

Tanaman tembakau termasuk family solanaceae bersama dengan tanaman Solanum tuberosum, Solanum molongena, Solanum licopersicum dan Capsium annum. Famili solanaceae mempunyai genus yang terdiri dari ± 1.800 spesies. Nicotiana merupakan genus yang paling banyak dibudidayakan sehingga dijadikan induk (Matnawi, 2002).
2.1.2. Morfologi tanaman tembakau

Secara keseluruhan, figur tanaman tembakau adalah berwarna hijau, berbulu halus, batang dan daun diliputi zat perekat. Tanaman tembakau berbentuk silindris atau pyramidal, tergantung pada jenis atau varietasnya. Tinggi tanaman tembakau rata-rata hanya mencapai 2,5 m. Akan tetapi, bila syarat tumbuhnya cocok, tinggi tanaman tembakau dapat mencapai 4 m. Tanaman ini tidak bercabang dan umurnya kurang dari satu tahun (Cahyono, 2005).

Mantawi (2003) melaporkan bahwa morfologi tanaman tembakau meliputi akar (radix), batang (caulis), daun (folium), bunga (flos) dan buah (fructus).
a. Akar (radix)

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman ini tumbuh bebas pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar (Mantawi, 2003). Fungsi akar adalah untuk memperkokoh tanaman dan untuk penyerapan zat-zat hara (makanan) dan air dari dalam tanah (Cahyono, 2005).
b. Batang (caulis)

Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, agal lunak dan makin ke ujung ukuran batang semakin kecil serta beruas-ruas. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas dan diameter daun sekitar 5 cm. Fungsi batang adalah selain sebagai tempat tumbuh daun dan organ-organ lainnya adalah untuk jalan pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun serta sebagai jalan menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tanaman (Cahyono, 2005).
c. Daun (folium)

Daun tembakau sangat bervariasi, ada yang berbentuk ovalis, oblongus, orbicularis dan ovatus. Zat clorophyl yang terdapat pada daun menyebabkan daun berwarna hijau muda hingga hijau tua pada daun (Matnawi, 2003). Fungsi daun dalam kehidupan tanaman adalah sebagai tempat asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, protein, lemak, nikotin, dan lain sebagainya (Cahyono, 2005).
d. Bunga (flos)

Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti terompet dan benang sari berjumlah lima buah (Matnawi, 2003). Tanaman tembakau dapat mengadakan penyerbukan sendiri, walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya penyerbukan silang. Bunga ini berfungsi sebagai alat untuk penyerbukan atau pembuahan sehingga dapat dihasilkan biji-biji untuk perkembangbiakan (Cahyono, 2005).
e. Buah (fructus)

Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Biji tembakau yang belum melewati masa dorman tidak dapat berkecambah apabila disemaikan. Untuk memperoleh daya kecambah yang baik, sekitar 95 % biji yang dipetik harus sudah-sudah benar dalam keadaan masak, kering dan disimpan baik pada suhu yang kering (Cahyono, 2005).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Tembakau

Untuk mendapatkan hasil panen daun tembakau yang berkualitas baik, pembudidadyaan tidak terlepas dari pemilihan lokasi yang sesuai dengan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Cahyono, 2005). Matnawi (2002) melaporkan bahwa syarat tumbuh tanaman tembakau meliputi 1) faktor ikim dan 2) keadaan tanah.
2.2.1. Faktor iklim

Faktor iklim yang mempengaruhi petumbuhan tanaman tembakau meliputi temperatur dan kelembapan udara, curah hujan, penyinaran cahaya matahari, keadaan angin (Matnawi, 2002).
a. Temperatur

Temperatur dan kelembapan udara yang sesuai dengan tanaman tembakau sangat bervariasi, tergantung pada jenis tembakau. Temperatur yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya berkisar antara 21 0C-32,3 0C (Cahyono, 2005).Selanjutnya ditambahkan oleh Wahyudi dan Ingan (2005), suhu yang baik pada siang hari dalam pertumbuhan tanaman tembakau adalah 27 0C dan suhu pada malam hari berkisar antara 18 oC – 21 oC.
b. Curah hujan

Tanaman tembakau umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah, curah hujan maksimum dalam pertumbuhan tembakau adalah 1.500-3.500 mm/tahun (Cahyono, 2005).
c. Penyinaran cahaya matahari

Penyinaran cahaya matahari sangat diperlukan tanaman dalam proses fotosintesis. Penyinaran cahaya matahari yang kurang, akan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah (Cahyono, 2005). Tanaman tembakau memerlukan penyinaran cahaya matahari sepanjang hari. Oleh karena itu, lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat yang terbuka (Wahyudi dan Ingan, 2005).
d. Keadaan angin

Menurut Cahyono (2005) bahwa angin tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tembakau. Akan tetapi, dalam pemilihan lokasi penanaman tembakau sebaiknya harus diperhitungkan dikarenakan lokasi yang sering diterpa angin kencang juga menyebabkan kandungan air di dalam tanah berkurang sehingga pertumbuhan tanaman tembakau terhambat.
2.2.2. Faktor tanah

Faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tembakau meliputi jenis tanah, sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, sifat biologis tanah, ketinggian tanah dan derajat kemiringan tanah (topografi tanah).
a. Jenis tanah

Menurut Cahyono (2005), tanah yang cocok dalam pembudidayaan tanaman tembakau adalah alluvial (tanah berwarna kelabu atau coklat), regosol (tanah kelabu dan podzolik) tekstur lempung berpasir atau lempung berpasir halus. Selanjutnya ditambahkan oleh Wahyudi dan Ingan (2005), tanah yang sesuai untuk tanaman tembakau adalah struktur tanah baik, lapis olahnya lebih dalam dari 20 cm, draenase dan aerasi baik dan topografi berlereng atau datar.
b. Sifat fisik tanah

Sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah sangat berkaitan dengan jenis tanah dan partikel penyusunnya. Tanah yang gembur dan mudah mengikat air dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasilnya dikarenakan pertumbuhan dan perakaran tanaman berjalan dengan baik.
c. Sifat kimia tanah

Derajat keasaman tanah yang baik untuk penanaman tembakau adalah 5-6 (Cahyono, 2005). Agar sifat kimia tanah sesuai dengan tanaman tembakau, maka keasaman (pH) tanah yang akan ditanami tembakau harus diteliti terlebih dahulu (Wahyudi dan Ingan, 2005).
d. Sifat biologis tanah

Sifat biologis tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan sifat fisik dan kimia tanah. Sifat biologis tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung organisme tanah yang dapat menguraikan bahan organik.
e. Ketinggian tempat

Tanaman tembakau dapat tumbuh di dataran rendah, di dataran medium dan tinggi. Namun, untuk mendapatkan kualitas tembakau yang baik tergantung pada varietas yang ditanam. Ketinggian yang tepat untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0-900 m dpl (dari permukaan laut) (Cahyono, 2005).
f. Topografi tanah

Derajat kemiringan tanah tidak banyak mempengaruhi kualitas tembakau yang dihasilkan. Walaupun demikian, topografi tanah perlu dipertimbangkan dengan baik dikarenakan derajat kemiringan tanah yang melebihi 30 % merupakan faktor penghambat dalam pembudidayaan tanaman tembakau (Cahyono, 2005).
2.3. Sistem budidaya tanaman tembakau
2.3.1. Persiapan lahan

Proses pertama dalam pembudidayaan tanaman tembakau adalah pembukaan lahan dan pembuatan saluran drainase (got atau parit) (Hanum, 2003).
2.3.2. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah meliputi kegiatan penyesuaian pH tanah, penggemburan tanah, pembuatan petakan, pembuatan drainase serta pembuatan lobang tanam Pengolahan tanah yang intensif dapat menciptakan media tanam yang baik, sehingga pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil dapat meningkat (Hanum, 2003).

Pada tahap pengolahan tanah dapat dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang yang telah jadi dengan penggunaan dosis 0,5 kg/lobang tanam. Selanjutnya tanah dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan agar terjadinya reaksi kimia antara tanah dengan pupuk yang digunakan (Cahyono, 2005).
2.3.3. Penentuan jarak tanam dan pembuatan lobang tanam

Jarak tanam ditentukan dengan memberi tanda dan setiap tanda dilubangi sebagai tempat penanaman bibit. Jarak tanam yang ditentukan untuk budidaya tembakau dapat beragam menurut jenis tembakau yang ditanam. Jarak tanam harus diperhatikan dengan baik karena jarak tanam yang tidak sesuai dengan jenis tembakau yang ditanam dan tujuan penanamannya dapat menyebabkan gangguan pada tanaman tembakau (Hanum, 2003).
2.3.4. Penanaman

Bibit yang digunakan untuk tanaman tembakau adalah bibit yang sehat, berdiri tegak dan kuat, dan besarnya sama rata. Umur bibit yang baik untuk ditanam adalah bibit yang berumur 35 hari-55 hari (Cahyono, 2005). Penanaman bibit tembakau dilakukan dengan cara membenamkan ke dalam lobang tanam sedalam leher akar, kemudian bibit disiram. (Hanum, 2003).
2.3.5. Pemeliharaan tanaman tembakau
a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setelah bibit ditanam. Penyiraman selanjutnya dilakukan sampai tanaman mulai hidup segar dan kuat. Apabila hujan turun, maka interval penyiraman diturunkan dan bila hujan tidak turun maka penyiraman dilakukan pada sore hari agar air yang disiramkan tidak menguap (Hanum, 2003).
b. Penyulaman

Seminggu setelah bibit ditanam harus dikontrol karena tidak semua bibit dapat tumbuh dengan baik. Penyulaman dapat dilakukan satu minggu setelah penanaman atau sebelum tanaman mencapai tinggi 20 cm dengan mengganti tanaman yang pertumbuhannya kurang baik atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
c. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan gulma atau tanaman pengganggu yang tumbuh disekitar tanaman, sehingga persaingan antara tanaman tembakau dengan gulma yang tumbuh diareal dapat dihindarkan (Hanum, 2003).
d. Pemupukan

Pemupukan merupakan faktor penting dari pemeliharaan tanaman tembakau karena mempunyai hubungan langsung dengan tingkat dan kualitas produksi. Pertumbuhan tanaman akan lancar apabila zat hara atau makanan dalam tanah terpenuhi. Pemenuhan zat hara atau tanaman ini dapat dilakukan dengan melalui pemupukan.
e. Pemangkasan

Pemangkasan adalah pemotongan pucuk dan tunas yang tumbuh pada tanaman tembakau. Pemangkasan tembakau dilakukan pada saat bunga mekar dengan mengikutsertakan 3 lembar - 4 lembar daun di bawah bunga. Tujuan pemangkasan pucuk adalah meningkatkan perkembangan daun yang masih tertinggal agar dapat melebar, memanjang dan menebal serta menyamakan waktu pemasakan daun (Hanum, 2003).
f. Panen

Pemetikan daun tembakau yang terbaik adalah apabila tanaman sudah cukup umur dan daun-daunnya telah masak dicirikan dengan warna hijau kekuning-kuningan. Pemanenan sangat berpengaruh terhadap kualitas daun tembakau. Secara umum, saat yang baik untuk melakukan pemetikan daun tembakau adalah pada pagi dan sore hari dalam keadaan cuaca yang cukup cerah (Cahyono, 2005).
2.4. Tanaman Kacang Tanah
2.4.1. Sistematika Tanaman Kacang Tanah

Secara sistematis klasifikasi tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut :
Diviso :Spermatophyta
Klass :Dicotyledonae
Ordo :Leguminales
Family :Papilionaceae
Genus :Arachis
Spesies :Arachis hipogaea L (AAK, 1991)
2.4.2 Morfologi Tanaman Kacang Tanah
a. Akar

Kacang tanah mempunyai akar tunggang dengan cabang-cabang akar lurus, dan berfungsi untuk menyerap unsur hara yang ada dalam tanah, serta dibutuhkan oleh tanaman kacang tanah. semakin tua umur tanaman kacang tanah akar-akar yang halus tadi akan mati dan berganti dengan yang baru (Hanum, 2003)
b. Daun

Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap, setiap helai daun memilki empat helai anak daun, permukaan daun seperti berbulu, yang berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan.
c. Batang

Batang tanaman kacang tanah mempunyai pertumbuhan tegak dan menjalar. Batang berwarna hijau ditutupi oleh pelepah-pelepah daun dan terdapat bulu-bulu halus.
d. Bunga

Tanaman kacang tanah memiliki bunga yang muncul pada setiap ketiak daun berwarna kuning orange, tangkainya putih, mahkota bunga berwarna kuning pada bagian pangkal bergaris-garis merah. Sedangkan benang sarinya setukal, bakal buah berada tepat pada pangkal tabung kelopak bunga.
e. Buah

Bentuk ukuran kacang tanah berbeda –beda ada yang besar, sedang dan kecil, begitu juga dengan warnanya. Semua perbedaan itu tergantung kepada varietas yang ditanam.
2.4.3. Syarat tumbuh Tanaman Kacang Tanah

Pertumbuhan kacang tanah yang baik sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim yang cocok. Tanaman kacang tanah baik ditanam di daerah tropis, seperti di Indonesia, serta tanaman ini tidak terlalu peka terhadap perubahan musim.

Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab, rata-rata RH 65-75%. Ketinggian tempat yang cocok untuk ditanami kacang tanah adalah 0-500 mdpl. Kacang tanah dapat ditanam dan berproduksi dengan baik bila musim kering rata-rata 4 bulan/tahun (Hanum, 2003)
2. Tanah

Tanah yang dikehendaki oleh tanaman kacang tanah adalah tanah gembur, kondisi tanah seperti ini sangat bermanfaat bagi kacang tanah terutama dalam hal :
-Perkecambahan biji
-Kuncup buah (ginofora) mudah menembus tanah
-Polong terbentuk dengan baik

Tanah yang bahan organiknya sangat tinggi justru tidak dikehendaki oleh kacang tanah, karena dapat menurunkan kualitas produksi. Tanah asam dan alkalis tidak baik juga, pH tanah yang dikehendaki oleh kacang tanah sekitar 6-6,5 (Hanum, 2003).
2.4.4. Sistem Budidaya Tanaman Kacang Tanah
1. Persiapan Lahan

Sebelum kita melakukan pengolahan dan penanaman, harus kita ketahui dahulu luas lahan yang akan kita tanami, dibuat petak-petak lahan, salah satu manfaat diketahui luas lahan agar kita tahu jumlah bibit yang dibutuhkan.
1. Pengolahan Lahan

Dalam pengolahan tanah ini diusahakan agar tanah selalu gembur dan tidak terlalu basah, untuk menjaga supaya lahan tidak terlalu basah atau lembab pengaturan drainase harus baik.

Setelah tanah dibajak dan dicangkul bila masih ada bongkahan-bongkahan besar sebaiknya dibiarkan dulu selama 3 hari, agar tanah bersenyawa dengan udara.

Selanjutnya dilakukan pencangkulan ulang agar tanah yang tadinya masih menggumpal (bongkahan) menjadi remah, kemudian dibiarkan lagi selama 3 hari, agar tanah memproleh sinar matahari dengan baik dan juga gas-gas beracun dalam tanah keluar. Pada tanah yang subur pengolahan dilakukan 7 hari-10 hari sebelum tanam.
2. Penentuan Jarak Tanam

Untuk menentukan jarak tanam banyak hal yang perlu di perhatikan antara lain, varietas, system (metoda) penanaman, keadaan lahan, dan lain-lain. Adapun beberapa contoh jarak tanam yang biasa digunakan, untuk kacang tanah yang berumur panjang 15 cm X 40 cm, sedangkan untuk yang berumur pendek 15 cm X 30 cm. Tapi, karena ini merupakan budidaya tumpang sari maka kemungkinan besar jarak tanam kacang tanah dipersempit.
3. Penanaman

Penanaman kacang tanah dapat dilakukan setelah pengolahan tanah selesai, sebelum penanaman ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti:
- kesehatan dan daya tumbuh
- waktu penanaman yang tepat
- Jarak tanam dan jumlah benih
5. Pemeliharaan Kacang Tanah
a. Penyiangan dan Pendangiran

Penyiangan dilakukan dengan mencabut tumbuhan liar dan rerumputan yang tumbuh diareal pertanaman. Pada saat penyiangan sekaligus kita melakukan pendangiran yang bertujuan untuk menggemburkan tanah (AAK, 1991).
b. Pengairan
Tanaman kacang tanah memerlukan air sejak umur 3 minggu, air bermanfaat untuk pembungaan dan pembentukan polong.
c. Pemupukan

Pupuk diberikan sejak tanaman berdaun dua helai (1-2 minggu), tujuannya agar tanah subur dan produksi tingggi. Pemberian pupuk disesuaikan denngan keadaan tanaman.

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Ruang Lingkup Proyek

Proyek Usaha Mandiri dengan metode tumpang sari antara tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L) dengan kacang tanah (Arachis hypogea L) ini berlokasi di kebun percobaan Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Dimulai pada bulan September 2011-jaunari 2012.

Keadaan iklim di lokasi Proyek Usaha Mandiri (PUM) adalah sebagai berikut :
Ketinggian tempat : 500 meter dari permukaan laut (mdpl)
Temperatur : 27 oC- 30 oC
Curah hujan : 2000 – 2500 mm/th
Jenis tanah : Endapan Aluvial
Topografi : Datar
Vegetasi : Rumput-rumputan dan semak belukar
Sumber:BIPP, Tanjung Pati, Payakumbuh
3.2. Bahan dan Alat

Dalam Proyek Usaha Mandiri “TUMPANG SARI TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L) dengan kacang tanah (Arachis hypogea L) diperlukan alat dan bahan sebagai berikut: cangkul, garu, knapsack sprayer, ember, sabit, parang, gembor, meteran, bibit tembakau, benih kacang tanah varietas gajah, pupuk Urea, TSP, KCL, pupuk kandang, dithane M-45, curacron, curater, tali raffia, dan pelepah pisang.
3.3. Pelaksanaan proyek
3.3.1. pengukuran lahan

Luas lahan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek ialah 53 x 12 (636 m2). Dari luas lahan tersebut 500 m2 di gunakan sebagai lahan efektif dan selebihnya digunakan sebagai saluran drainase dan jarak antara petakan. Luas lahan efektif dibagi menjadi 2 petakan, masing-masing berukuran 25 x 10 m dan ukuran saluran drainase lebar 50 dan dalam 30 cm.
3.3.2. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali. Interval waktu pengolahan tanah pertama dan kedua adalah dua minggu, pengolahan tanah kesatu dan kedua dilakukan dengan menggunakan cangkul. Tujuan pengolahan tanah ini adalah untuk mendapatkan media tumbuh yang baik.
3.3.3. Pembuatan saluran Drainase

Pembuatan saluran drainase dilakukan dengan mencangkul tanah yang sudah ditetapkan untuk saluran drainase, yaitu dibagian pinggir dari petakan yang akan kita tanami, ukuran dari saluran drainase tersebut lebar 50 cm, kedalaman 30 cm, tanah bekas pencangkulan drainase diangkat kedalam petakan.
3.3.4. Pembuatan lobang tanam dan pemberian pupuk kandang

Setelah tanah diolah dan diratakan, selanjutnya ditentukan jarak tanam, jarak tanam tembakau yang digunakan pada tumpang sari yaitu 100 cm X 50 cm atau 100 cm X 100 cm, memang pada umumnya jarak tanam tembakau tidak sejarang itu, namun karena ini merupakan sistim tumpang sari maka jarak tanam diperluas. Sedangkan kacang tanah ditanam diantara tanaman tembakau dalam barisan. Pada setiap lobang tanam tembakau diberikan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/lobang tanam, dan dibiarkan selama 7 hari.

Untuk kacang tanah jarak tanam yang digunakan 20 cm X 20 cm atau 25 cm X 25 cm, cara pembuatan lobang tanam dengan cara di tugal sedalam 3 cm.
3.3.5. Penanaman

Penanaman tembakau dilakukan pada sore hari yaitu dengan menanam bibit tembakau tepat ditengah-tengah lobang tanam, bibit ditanam sampai leher akar, setelah ditanam ditimbun dengan tanah sambil agak dipadatkan dengan jari. Lalu ditutupi dengan pelepah pisang sebagai sungkup sementara, pelepah pisang dipotong kira-kira 30 cm – 50 cm, lalu dipatahkan pada bagian tengah sampai berbentuk segitiga dan tancapkan ketanah, sehingga tanaman tembakau tertutupi.

Untuk kacang tanah penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 3 cm, kemudian dimasukkan benih kacang tanah sebanyak 1-2 biji/lobang tanam dan ditimbun dengan tanah yang halus.
3.3.6. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman tumbuh kokoh atau selama 7-10 hari setelah tanam yang seharusnya dilakukan pada pagi dan sore hari kecuali bila turun hujan, penyiraman dengan menggunakan gembor.
2. Penyulaman

Penyulaman untuk kedua tanaman sangat perlu dilakukan, salah satu manfaatnya untuk mempertahankan jumlah populasi dan dilakukan satu minggu setelah tanam yaitu pada tanaman yang mati baik akibat terseranng hama penyakit maupun yang pertumbuhannya tidak normal, sampai tanaman berumur 3 minggu.
3. Pemupukan

Bibit yang ditanam diberi pupuk organik dan anorganik supaya tanaman tumbuh dengan baik. Pupuk anorganik yang diberikan pada tanaman tembakau yaitu pupuk ZA 5 gr/ lobang tanam dengan dua kali pemberian, pupuk ZK 5gr/lubang tanam, dan pupuk SP 36 5gr/lobang tanaman . Sedangkan untuk tanaman kacang tanah diberi pupuk Urea 1,25 gr/lobang tanam, pupuk ZK 1,5 gr/lobang tanam dan pupuk SP 36 0,9 gr/lobang tanam
4. Penyiangan dan pengguludan

Pada tanaman tembakau penyiangan dan pengguludan dilaksanakan bersamaan yaitu sebanyak 3 kali. Pertama dilakukan 2 minggu setelah tanam, kedua dilakukan 30 hari setelah tanam dan yang ketiga dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam. Tujuan dari pengguludan adalah menggemburkan tanah, melancarkan aerase tanah di sekitar perakaran tanaman dan merangsang tumbuhnya akar-akar yang baru. Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma dan tanaman pengganggu disekitar tanaman, agar gulma tidak menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit yang dapat menggangggu tanaman serta dengan dilakukan penyiangan lahan akan terlihat bersih dan indah untuk dipandang.

Pada tanaman kacang tanah juga dilakukan penyiangan dan pengguludan yang waktunya bersamaan dengan tembakau. Tujuan pengguludan untuk kacang tanah agar pertumbuhan polong terangsang dan baik, sedangkan tujuan penyiangan tidak jauh beda dengan tanaman tembakau.
5. Pengendalian Hama dan penyakit

Untuk tanaman tembakau dan kacang tanah pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan bersamaan, yaitu 2 kali seminggu dengan penyemprotan pestisida.
6. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman tembakau terbagi dua yaitu:
a. Pangkas pucuk tembakau

Pangkas pucuk dilakukan dengan cara menyisakan 18 lembar daun dalam satu tanaman. Pemangkasan ini dilakukan dengan memotong atau mematahkan pucuk bisa dengan pisau atau tangan.
b. Pemangkasan tunas pada ketiak daun tembakau

Pemangkasan tunas pada ketiak daun dilakukan dengan cara mewiwil tunas-tunas muda yang tumbuh diatas ketiak daun. Interval waktu pemangkasan 3 hari - 5 hari sekali sesudah pangkas pucuk sampai tanaman siap dipanen.
3.3.7. Panen

Panen daun tembakau dilakukan bila tanaman sudah menunjukkan kriteria siap panen. Ciri-ciri daun yang dapat dipanen adalah pada bagian tepi sudah menguning, duduk pangkal daun lebih tinggi dari ujung daun dan adanya sedikit bercak putih pada daun dan permukaan daun telah berombak. Panen sebaiknya dilakukan pagi hari sekitar jam 07.00 – 10.00 WIB dengan cara memetik daun dari tangkai sesuai letak dan kedudukannya.

Pemanenan kacang tanah dilakukan dengan mencabut rumpun tanaman. Mencabut harus hati-hati karena dapat menyebabkan banyak polong yang tertinggal dalam tanah, setelah itu dilakukan pemisahan polong dari tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2005. Tembakau. Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Matnawi, H. 2002. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius. Yogyakarta.
Suprapto, HS. 2004. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wahyudi, M, Ingan. 2005. Budidaya dan Pengolahan Gambir dan Tembakau. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar